Notification

×

Tag Terpopuler

Hidup Miskin dan Memprihatinkan, Seorang Janda Dengan Satu Anak Mengaku Semakin Menderita Sejak Pemberlakuan PPKM di Batam

Rabu, 21 Juli 2021 | Juli 21, 2021 WIB Last Updated 2021-07-21T18:50:43Z
Foto: Seorang ibu janda dengan seorang anaknya yang mengaku kesulitan ekonomi sejak diterapkannya PPKM di Batam

BATAM, SOROTTONTAS.COM - Penderitaan yang tiada kunjung berakhir, mungkin seperti itulah kira-kira gambaran keadaan, atau nasib yang dialami oleh seorang ibu janda dengan seorang anak, yang hidup serba kekurangan di Kota Batam.

Kepada wartawan Sorottuntas.com, Rabu (21/07/2021) di rumah kontrakannya di perumahan Cipta Asri Tahap I Blok K Nomor 205, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, ibu janda yang sehari-hari biasa dipanggil dengan nama Ipung ini, menceritakan kisah hidupnya sejak dirinya menikah sekitar tujuh tahun lalu dengan almarhum suaminya di Batam.  

"Saya menikah sekitar tujuh tahun lalu dengan almarhum suami. Namun pernikahan kami tidak berumur panjang, hanya sekitar delapan bulan. Saat usia kandungan saya sekitar lima bulan, suami pergi bekerja di luar daerah, dan suami meninggal di sana karena kecelakaan lalu lintas," terangnya.

Lanjutnya, "Sejak saat itu saya harus berjuang sendiri, mulai dari mempersiapkan persalinan, hingga sampai melahirkan anak saya. Karena kondisinya waktu itu anak saya masih sangat kecil, saya hanya bisa bekerja sebagai pembuat kue agar bisa sambil mengurus anak. Selanjutnya kue-kue yang saya buat, saya titip dibeberapa lapak jualan, disekitar Pasar SP Plaza," ucapannya.

Katanya lagi, "Meski hanya bekerja sebagai pembuat kue, Alhamdulillah selama ini masih cukup untuk membutuhi kehidupan kami berdua. Bahkan waktu itu masih bisa bantu orang tua di kampung, yang memang sudah tua. 

Namun sejak wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 lalu, kondisi ekonomi kami sangat sulit. Keadaan ini semakin diperparah lagi sejak adanya penerapan PPKM Darurat yang sekarang ini. 

Dimana lapak-lapak tempat saya menitipkan dagangan pada tutup semua. Sekarang saya gak tahu harus gimana lagi. 

Bahkan tadi pas saya pulang habis bawa anak berobat, di depan rumah, saya mendapat surat peringatan dari pihak Bright PLN Batam karena belum bayar tagihan listrik.

Saya bingung harus bayar pakai apa, sementara belum lagi untuk bayar air dan sewa rumah yang memang sudah jatuh tempo," ucapnya sedih, sambil sesekali memperhatikan anak perempuannya satu-satunya yang masih berusia sekitar enam tahun.

Lebih jauh lagi, meskipun hidup menjanda dan serba kekurangan, ibu ini mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan berupa Bantuan Sosial Tunai (BST) maupun bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) serta bantuan-bantuan lainnya dari Pemerintah Kota Batam.

"Gak pernah dapat bantuan, karena memang sebelumnya identitas atau KTP saya masih alamat kampung. Karena waktu itu saya yang membayar iuran BPJS Kesehatan orang tua yang sudah sakit-sakitan dan sampai akhirnya meninggal dunia. Makanya saya tidak urus surat pindah. Tapi sekarang ini KTP saya sudah KTP Batam," tuturnya.

Diakhir bincang-bincang, ibu ini sangat berharap mendapatkan bantuan dan perhatian dari Pemerintah, maupun dari pihak yang berkenan untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya.

"Sekarang ini saya sangat berharap mendapat bantuan, karena memang saat ini saya hanya punya uang 30 ribu, jangankan untuk bayar semua tagihan, modal dagang kue kedepannya setelah PPKM juga saya gak tahu minjam kemana. Apalagi baru-baru ini saya ditipu orang sebanyak 5 juta rupiah, dan tadi siang saya sudah buat laporan Polisi di Polresta Barelang. Sedangkan uang itu pun uang hasil pinjam juga," ucap ibu tersebut sambil menunjukan surat bukti laporan Kepolisian.

Foto: Surat bukti pelaporan Ipung atas dugaan penipuan yang menimpa dirinya di Polresta Barelang

Dengan kondisi serba kekurangan di Batam, saat ditanya, apakah mereka tidak berniat pulang ke kampung halaman, ibu ini menjawab, bahwa mereka masih memilih bertahan di Batam. Karena menurutnya keadaan di kampung halaman justru jauh lebih sulit dibanding di Batam.

"Kami masih bertahan di Batam, karena keadaan di kampung justru jauh lebih sulit. Karena untuk mencari pekerjaan di kampung itu susah. Belum lagi anak saya sudah sempat mendaftar sekolah," pungkasnya.(Ls)


×
Berita Terbaru Update