Ketua TP PKK Kabupaten Pelalawan Sella Pitaloka Zukri, S.AP saat mengikuti pertemuan kemitraan lintas sektor aksi konvergensi penurunan stunting secara virtual |
PELALAWAN, SOROTTUNTAS.COM - Ketua TP PKK Kabupaten Pelalawan Sella Pitaloka Zukri, S.AP hadiri pertemuan kemitraan lintas sektor dalam aksi konvergensi penurunan stunting di Provinsi Riau secara virtual di ruang Command Center Kabupaten Pelalawan, Kamis (12/8/2021).
Turut hadir Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappedalitbang Provinsi Riau Heri Yanto, S.Hum, MT selaku moderator, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Hj.Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra. Mardalena Wati Yulia, M.Si, Wakil TP PKK II Teti Hariati Mukhlis, Kepala Dinas OPD terkait se-Provinsi Riau, kader PKK se-Provinsi Riau, Darma Wanita se-Provinsi Riau, Bayangkari se-Provinsi Riau dan para undangan.
Pertemuan ini diawali dengan pemaparan materi yang diberikan oleh Dr. Mitra, S. KM, M.KM dengan judul materi "Stunting dan Dampaknya Pada Kualitas Sumber Daya Manusia,"
Dalam paparannya Dr. Mitra menjelaskan, bahwa anak yang mengalami stunting itu dimulai dari dalam kandungan.
"Fenomena keterkaitan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan kualitas SDM berawal dari penelitian Dr. Barker di Inggris. Dr. Barker menemukan bahwa risiko penyakit jantung koroner lebih tinggi terjadi pada kelompok bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2,5 kg.
Hal ini berasal dari respon tubuh terhadap kekurangan gizi pada masa awal kehidupan. 1000 HPK merupakan masa yang sangat penting terhadap pembentukan manusia dan masa depannya, yang diawali dari 270 hari bayi di dalam kandungan sampai anak berumur 2 tahun," jelasnya.
Dr. Mitra, S. KM.,M.KM menambahkan, bahwa stunting merupakan faktor utama terhadap penentuan kualitas masyarakat.
"Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak stunting juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt. MM dalam pertemuan ini menyampaikan ada beberapa permasalahan gizi yang terjadi di Riau, antara lain anemia pada ibu hamil, anemia pada remaja, Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, obesitas, diabetes, hipertensi dan stroke.
"Anemia pada ibu hamil inilah yang akan menyebabkan stunting karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin," terangnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra. Mardalena Wati Yulia, M.Si mengatakan, dalam upaya percepatan penurunan stunting tingkat desa/kelurahan, BKKBN melakukan pendampingan keluarga yang dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari bidan desa, kader PKK dan kader IMP (institusi masyarakat pedesaan) yang berdomisili di sekitar desa/kelurahan.
"Adapun sasaran pendampingan adalah calon pengantin/calon pasangan usia subur, ibu hamil dan pasca persalinan, keluarga yang memiliki anak usia di bawah 5 tahun (balita). Pencegahan stunting lebih efektif apabila dimulai dari keluarganya, tidak hanya keluarga miskin tapi seluruh keluarga Indonesia," ucapnya.
Mardalena berharap semoga dengan pertemuan ini seluruh pihak bisa bersinergi untuk menurunkan angka stunting di Provinsi Riau, sehingga target penurunan angka stunting Tahun 2024 bisa tercapai.
Dengan menurunnya angka stunting tentu akan meningkatkan kualitas SDM anak Indonesia khususnya Riau dan akan berdampak baik terhadap masa depannya.(Pranseda)
« Prev Post
Next Post »