Gambar gedung SMA Negeri 5 Batam |
Akan sangat disayangkan bila informasi tersebut benar adanya. Karena pelaksanaan kutipan uang yang akan dilakukan di sekolah-sekolah, semestinya harus melalui kajian, dan harus melalui pertimbangan-pertimbangan serius bagi pihak-pihak yang akan melakukan jenis pungutan apapun di sekolah.
Sebab selain dinilai sangat membebani bagi orang tua siswa/i yang tidak mampu, pelaksanaan atau pengadaan pungutan-pungutan uang di sekolah ini juga dinilai sangat bertentangan dengan ketentuan dan aturan yang ada.
Untuk mengetahui kebenaran informasi mengenai adanya uang kutipan perpisahan sebesar Rp 600.000,- di SMA Negeri 5 Batam, wartawan media ini mencoba mengkonfirmasi Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Batam melalui saluran WhatsApp.
Namun Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Batam, yang dikonfirmasi pada hari Jumat (10/03/2023) belum memberikan balasan ataupun tanggapan atas konfirmasi dari wartawan.
Sementara Moh Zainal Arifin, yang merupakan salah seorang anggota komite di SMA Negeri 5 Batam, membenarkan mengetahui adanya informasi mengenai uang kutipan sebesar Rp 600.000,- terhadap masing-masing siswa/i kelas XII di SMA Negeri 5 Batam.
"Jadi begini, ada informasi yang juga memang kami baru tahu kemarin. Ada informasi siswa itu membuat kesepakatan sendiri, diluar kesepakatan dengan komite dan sekolah. Jadi ada namanya program yearbook, yearbook itu yang isinya adalah pembuatan baju alumni, kemudian video dan ada beberapa item lainnya yang diestimasi biayanya, yang mereka hitung sendiri, mereka sepakati sendiri diluar tanggungjawab kita tentunya," jelas Moh Zainal Arifin.
Saat ditanyai mengenai besaran jumlah yang sebenarnya, Moh Zainal Arifin juga membenarkan informasi kutipan sebesar Rp 600.000,- tersebut.
"Kabarnya enam ratus ribu. Dan itu sudah diadakan jauh hari sebelumnya," jelasnya.
Saat ditanya mengenai kepanitiaan dari pengadaan yearbook yang dimaksud, Moh Zainal Arifin mengatakan tidak mengetahui siapa panitianya.
"Kalau program yearbook itu saya tidak tahu siapa panitianya. Karena memang tidak pernah dilaporkan ke kita sebagai komite. Informasi terakhir yang saya terima itu memang programnya murid dan disepakati mereka sendiri," kata Zainal.
Sabung Zainal lagi, "Disana ada Pak Mohammad wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, saya sempat tanya ke beliau, dan beliau sampaikan itu. Beliau juga kunci dengan kata, "Kami pun tidak tahu itu pak," katanya. Bahasanya seperti itu. Untuk lebih jelasnya coba abang tanyakan sama humasnya, namanya ibu Friska," tutup Moh Zainal Arifin.
Sementara Azwan selaku Ketua Komite di SMA Negeri 5 Batam, pada awalnya mengaku kaget saat mendengar informasi tersebut.
"Pertama-tama saya kaget ketika ada informasi mengumpulkan uang enam ratus ribu. Saya tanya ke Pak Mohammad, yang enam ratus ribu ini apa? Kata pak Mohammad, "Saya juga nggak tahu," katanya. Tapi menurut informasi yang masuk dari dia, tiga ratus ribu itu dikumpulin anak-anak sendiri. Untuk mereka beli baju, seperti baju almamater perpisahan.
Yang jelas dari kesepakatan mereka tiga ratus, yang tiga ratus itu anak-anak yang membuat kesepakatan di luar dari pengetahuan kesiswaan," jelas Azwan.
Sambungnya, "Mungkin kalau lebih jelas tanya ke OSIS ya, saya juga mau nanya supaya nanti saya kasih berita. Karena saya juga nggak tahu, yang saya tahu kesepakatan itu cuma tiga ratus, yang tiga ratus ribunya itu di luar kendali sekolah dan kesiswaan," pungkasnya.
Liputan : Lukman Simanjuntak
Editor : Hendrik Restu F
« Prev Post
Next Post »